Sebagai umpama, tubuh tanpa adanya pemasukan pangan yang bergizi sama seperti jantung yang berdetak tanpa darah yang cukup. Jantungnya akan tetap berdetak dan berusaha memompa, namun tiap detaknya kian melemah sebab tak memiliki banyak energi yang tersisa. Akhirnya, detaknya hanyut dan menunggu saat untuk benar-benar berhenti. Hal itu yang dirasakan jutaan warga Palestina yang berjuang melawan krisis pangan akut selama ini. Data dari WFP dan WHO menunjukkan bahwa sejak awal 2024 hingga tahun 2025, ribuan anak hingga lansia di Palestina syahid akibat krisis pangan dan malnutrisi akut. Untuk itu, diperlukan upaya untuk menangani masalah dengan serius, salah satunya dengan cara penyaluran bantuan Palestina Ramadan.
Tangani Malnutrisi dengan Menggencarkan Penyaluran Bantuan Palestina Ramadan
Malnutrisi adalah kondisi serius akibat kurangnya asupan gizi guna mendukung aktivitas dan kerja organ. Sebab, tanpa adanya asupan gizi yang cukup, kinerja tubuh tak dapat mencapai titik maksimalnya.
Menurut data dari UNICEF, lebih dari 45% anak-anak di Gaza mengalami stunting akibat kekurangan nutrisi berkepanjangan. Jangankan vitamin dan susu formula, banyak dari mereka yang tak mendapatkan makanan utama sebagai asupan terpenting. Alhasil, badan-badannya menjadi kurus hingga menampakkan garis tulang yang bisa terlihat hanya dengan mata telanjang.
Terlebih lagi, krisis di atas diperparah oleh blokade dan pembatasan yang menghambat distribusi bantuan. Padahal, pangan adalah kebutuhan pokok bagi seluruh warga, tak peduli dimanapun mereka mengungsi.
Krisis Rumah Sakit dan Keterbatasan Penanganan Pasien Malnutrisi
Dengan meningkatnya jumlah penderita malnutrisi, fasilitas kesehatan yang ada sungguh tak memadai. Tak menunjukkan kondisi yang sebanding, tak heran mengapa persentase kematian di Palestina terus meningkat. Bukan berarti tak ada upaya dan usaha untuk memperbaiki keadaan, namun hal sesederhana penanganan darurat pun menjadi perkara yang sulit untuk mereka yang terjebak dengan keadaan serba sulit.
Lebih dari 40 rumah sakit hancur setelah menjadi target serangan Israel, termasuk rumah sakit Indonesia yang sudah lama berhenti beroperasi sebab keadaan yang sudah tak memungkinkan lagi untuk menerima dan menangani pasien yang membutuhkan pengobatan. Pada akhirnya, mereka yang membutuhkan pertolongan terpaksa dibiarkan begitu saja hingga kondisinya terus memburuk dan mengalami komplikasi.
Menurut laooran dari Médecins Sans Frontières (MSF), banyak pasien yang mengalami komplikasi dan berujung tak terselamatkan akibat malnutrisi tidak dapat ditangani dengan baik karena kurangnya alat medis.
Selain itu, krisis pengganti pangan pun turut memperburuk keadaan anak-anak yang seharusnya segera mendapatkan pertolongan. Biasanya, ada pengganti nasi untuk mereka yang tak mudah untuk mendapatkannya. Hal yang sama juga berlaku untuk susu bayi dan asupan vitamin yang berguna untuk pemenuhan gizi dan memastikan pertumbuhan yang optimal. Namun, kondisi sulit di Palestina tak memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengganti pangan di atas.
Penyaluran Bantuan Palestina Ramadan: BTI dengan Food and Ifthar Package
Berdedikasi untuk meringankan beban warga Palestina yang selama ini berjuang tanpa adanya bantuan, Bantu Teman Indonesia hadir dengan penyaluran bantuan Palestina Ramadan; pangan dan ifthar.
Selama ini, banyak warga yang hanya mengandalkan dedaunan dan rumput rebus sebagai santapan sahur dan berbuka. Maka, antuan ini diharapkan dapat memungkinkan warga Palestina menyempurnakan ibadah berpuasanya dengan makanan yang layak setiap harinya.
Penyaluran bantuan, terutama pangan, harus terus menjadi perhatian bersama. Situasi ini tentunya membutuhkan dukungan dan perhatian yang besar dari berbagai pihak. Semoga, melalui penyaluran bantuan Palestina Ramadan dari Bantu Teman Indonesia, ada banyak hati yang tergerak untuk turut serta dalam langkah kebaikan ini.
Bersama Bantu Teman Indonesia, mari terus pastikan pemulihan dan kemerdekaan Palestina sebagai dua hal yang selalu ditunggu dan diupayakan mereka selama ini.
