Keadilan untuk Anak-Anak Palestina: Apakah Sulit Diwujudkan?

Apakah sekedar membuka mata saja cukup agar bisa menegakkan keadilan untuk anak-anak Palestina? Melihat respon dunia yang tak kunjung menghentikan genosida, sepertinya butuh upaya lebih, yakni membuka hati dan pemantik rasa kemanusiaan yang tersisa pada diri.

Lebih dari tujuh dekade, konflik di Palestina belum juga mereda. Bermula dari konflik antar dua negara, hingga kemudian aspek kemanusiaan dimarginalkan begitu saja. Dalam beberapa tahun terakhir, pihak Israel terus diperkuat dengan bantuan yang berdatangan dari segala sisi. Sementara itu, pihak Palestina dibiarkan lumpuh secara perlahan. Tanah diambil alih, infrastruktur diratakan, rasa aman dan nyaman dirampas tanpa sisa. Sekali lagi, konflik yang terjadi memaksa aspek kemanusiaan dimarginalkan begitu saja.

Bagaimana Nasib Anak-Anak yang Tumbuh dengan Bayang-Bayang Perang?

Bahkan sejak para bayi Palestina lahir dan berharap merasakan kehidupan yang menyenangkan di tanah kelahiran, harapan tersebut lantas dikubur di depan mata mereka. Hanya dalam hitungan minggu, mereka merasakan pedihnya menahan lapar hingga berminggu-minggu lamanya.

Kelaparan dan ketakutan menjadi fenomena yang biasa bagi ribuan bayi dan anak-anak di Palestina. Bahkan, banyak dari mereka yang sudah tak memiliki wali sebab menjadi korban genosida. Melihat penderitaan mereka, jelas bahwa kehidupan di Palestina jauh dari kata layak. Ketika deru armada menjadi alarm yang biasa bagi warga Palestina, artinya dunia sudah berbuat yang sejahat-jahatnya kepada mereka; dengan mudahnya menormalisasi gagalnya hak asasi ditegakkan pada sebuah negara.

Di sisi dunia yang lain, hidup berjalan baik sebagaimana mestinya. Balik kepada pertanyaan awal, “Sudah berjalan sampai mana perjuangan demi menegakkan keadilan untuk anak-anak Palestina?”

Hak dan Keadilan untuk Anak-Anak Palestina: Tak Seharusnya Ditawar!

Setiap negara di dunia berlomba untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang kuat, tangguh, cerdas, serta memiliki bekal yang cukup untuk mengarungi masa depan. Namun, bagaimana dengan generasi penerus di Palestina? Jika para bayi dan anak-anak meninggal setiap 10 menit sekali, kira-kira apa yang tersisa di tanah Palestina selain luka dan duka?

Terjebak pada rasa takut yang berkepanjangan seakan menjadi cobaan terpahit. Dari sumber berikut, OCHA melaporkan bahwa bayi dan anak-anak di Palestina menderita diare berair akut, menyumbang 37% dari total penyakit yang dilaporkan. Hal itu diperparah dengan krisis air yang melanda, membuat mereka tak bisa mendapatkan harapan untuk sekedar membaik dari kondisi yang menimpanya.

Lebih lanjut, UNRWA melaporkan peningkatan kasus sindrom Guillain-Barré (GBS) hingga 101 kasus dengan 10 kematian, mayoritas terjadi di wilayah Khan Younis (UNRWA Situation Report). Faktor utama pemicu tersebarnya penyakit tersebut adalah virus dan bakteri.

Beberapa kondisi yang disebutkan di atas kemudian mendesak terwujudnya keadilan untuk anak-anak Palestina. Sebab, setiap pejuang yang luruh akan tertulis dalam sejarah. Bersamaan dengan itu, terdapat pertanyaan lanjutan yang harus dijawab, yakni, “Apakah ada perbaikan untuk penderitaan yang ada?”

Krisis Tak Berkesudahan yang dialami Anak-Anak Palestina

Hingga pertengahan 2025, UNICEF menyatakan bahwa hanya 40% fasilitas produksi air minum di Gaza yang masih berfungsi (87 dari 217). Tak hanya sampai situ, warga sipil juga berhadapan dengan ancaman pasokan air yang sepenuhnya berhenti bila pasokan bahan bakar habis (UNICEF Press Release).

Bayangkan bagaimana sulitnya bertahan dengan keadaan air yang krisis. Padahal, kita semua tahu bahwa air adalah salah satu aspek yang menyetir kehidupan sehari-hari. Demi bisa bertahan, warga sipil terus memutar otak agar bisa mendapatkan air yang setidaknya layak pakai dan konsumsi, meski harus berhadapan dengan ancaman bakteri yang mematikan.

Bilik Tipis ‘Dibisukan’ dan ‘Membisukan Diri’!

Disamping suara dunia yang sengaja dibisukan media, bukankah kini banyak yang dengan mandiri membisukan dirinya? Seiring berjalannya waktu, berita terbaru mengenai tingginya angka korban di Palestina menjadi konsumsi sehari-hari. Jika sudah seperti ini, haruskah dunia tunduk pada apa saja yang direncanakan pihak Israel kepada Palestina? Apa yang bisa menggambarkan kemungkinan terburuk mengenai Palestina jika saat ini mereka berada pada keadaan paling buruk dari segalanya?

Berkolaborasi dengan Hands Foundation, Bantu Teman Indonesia berhasil menyalurkan dukungan untuk mengalirkan air bersih ke Gaza. Melalui program Water Project, penderitaan warga Gaza sedikit diringankan. Harapannya, setiap bantuan yang diberikan akan mendekatkan mereka selangkah lebih maju menuju kemerdekaan dan kondisi bebas krisis.

Selanjutnya, mari terus berperan dalam memerdekakan Palestina dengan mengirimkan bantuan nyata! Hingga saat ini, Bantu Teman Indonesia memiliki beberapa campaign yang masih berlangsung untuk mengumpulkan bantuan nyata! Untuk mengakses program terkait, silakan klik tautan berikut: Campaign Palestina bersama Bantu Teman Indonesia.

Bersama, mari tegakkan keadilan untuk anak-anak Palestina. Sebab, jika bukan melalui bisikkan dan ajakan untuk menguatkan solidaritas, Palestina akan habis ditelan luka dan senjata.

Leave a Comment