Hari Sumpah Pemuda adalah momen yang setiap tahunnya selalu disambut dan diperingati. Selain menjadi bentuk persatuan dan tekad membangun bangsa, hari Sumpah Pemuda juga diartikan sebagai refleksi posisi dan peranan badan bangsa yang terus berjuang dan berkembang. Maka, pada hari yang sakral ini, merupakan waktu yang tepat untuk melihat kembali kepada apa yang sudah terjadi di sekitar. Fakta bahwa hingga hari ini, meski tak mudah untuk diakui, masih banyak ketimpangan sosial dan ketidakadilan yang ramah di pandangan. Hal itu merupakan bukti bahwa tugas anak bangsa masih banyak.
Pembaruan masih terus diperlukan. Tak lain dan tak bukan, nilai-nilai tersebut bermaksud untuk mengantarkan negeri ini menciptakan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyatnya, seperti yang tercantum pada tujuan warga ketika hidup berbangsa dan bernegara.
Melalui tulisan ini, sambil memaknai hari Sumpah Pemuda, mari telaah kembali nilai-nilai dan peranan generasi muda sebagai otot dan sendi yang menghidupkan makna kehidupan yang ‘layak’ baik di lingkungan sosial, pendidikan, maupun dunia digital.
Hari Sumpah Pemuda dan Maknanya, Apakah Dimaknai dengan Mendarah?
Menerjemahkan semangat hari sakral ini dapat dilihat dari keterbukaan dan kepekaan diri terhadap fenomena kehidupan sosial di sekitar. Apakah di sisi kanan, kiri, depan, serta belakang sudah diselimuti kesejahteraan? Apakah sudah tak ada perut-perut kosong yang meronta minta diberi asupan? Apakah anak-anak sudah mendapatkan kemudahan untuk memenuhi haknya sebagai seorang pelajar sekaligus bibit generasi di masa depan yang memiliki bekal penuh? Jelas bahwa jawabannya jauh dari keberhasilan.
Lantas, jika masih banyak warga yang kesulitan mendapatkan akses hidupnya, bukankah warga negara ini belum sepenuhnya memaknai nilai Sumpah Pemuda secara mendarah? Masih banyak yang tak memiliki jaminan kesehatan. Selain itu, akses menempuh pendidikan juga sulit. Lebih parahnya lagi, untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari pun mustahil.
Terakhir, kesatuan berbangsa dan bernegara bisa diartikan sebagai langkah yang sinergi untuk menciptakan ruang yang aman untuk setiap warga negara. Di samping itu, poin tersebut belum sepenuhnya terealisasikan. Karena, masih banyak warga yang ‘mengemis’ demi memenuhi hak paling mendasar dalam hidupnya.
Tugas Sepanjang Nyawa, Mewujudkan Keadilan dan Kesejahteraan Sejak Dini!
Tak perlu menunggu hari esok untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Maka, manfaatkan setiap detik yang ada untuk membuat perubahan. Perubahan bisa dimulai dari yang terkecil hingga yang besar. Sebab, setiap langkah menuju tujuan akhir akan sungguh berarti.
Setiap detik yang berlalu begitu saja merupakan medan perang untuk mereka yang berada pada kondisi tercekik. Mengais upah susah payah, memohon untuk diberikan akses mudah demi menimba ilmu dan menyelesaikan studi, dan masih banyak lagi. Bahkan tanpa harus mendengar lolongan pertolongan, ketahuilah bahwa mereka selalu berjuang. Dalam diam, mereka terus berperang.
Terlebih lagi, kepahitan di atas dapat diartikan sebagai panggilan kemanusiaan. Layaknya tuntutan yang ditujukan kepada para warga yang masih berkesempatan untuk hidup ‘cukup’ agar mengulurkan tangannya dan peka terhadap sesama. Dengan begitu, pemaknaan hari ini akan menjadi lebih hidup dan realistis.
Pesan dari ‘Mereka’ yang Harus Didengar
Mempertahankan api dari obor semangat pemuda dapat dilakukan dengan menajamkan penglihatan dan pendengaran, terutama kepada mereka yang berada di pelosok negeri. Faktanya, selalu ada perjuangan yang perlu diringankan. Perjuangan itu dapar dilihat dari setiap langkah kaki anak-anak yang hendak pergi ke sekolah melewati jembatan penghubung sungai. Apalagi, setiap mangkuk berisikan beberapa koin untuk kemudian ditukarkan dengan beras satu kilo juga termasuk perjuangan.
Maka dari itu, Jika kita hanya diam dan membungkam perjuangan mereka, maka kesadaran kolektif mengenai kemajuan bangsa sungguh dipertanyakan.