Krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza telah melumpuhkan sebagian besar dari wilayah Palestina secara keseluruhan. Banyak warga sipil yang tak mendapatkan hak aman untuk sekedar menjalani hidup. Tak lain dan tak bukan, semua itu terjadi karena Israel yang kerap menggencarkan serangan meski di tengah masa gencatan senjata. Dalam situasi ini, donasi yatim Palestina menjadi bentuk solidaritas global yang sungguh dibutuhkan terutama untuk anak-anak yang kehidupannya telah direnggut penderitaan.
Jumlah Anak Yatim Palestina Kian Bertambah
Menurut laporan terbaru dari Al Jazeera (3 April 2025), sebanyak 39,384 anak di Gaza telah kehilangan satu atau kedua orang tuanya. Tak banyak menyisakan kesempatan untuk hidup, anak-anak hanya mengandalkan sumber kehidupan seadanya.
Dengan segala krisis yang ada, banyak anak-anak yang mencari cara untuk bertahan tanpa adanya perlindungan dari wali atau orang tua. Mengorek makanan sisa sudah menjadi hal yang biasa. Lebih parahnya lagi, banyak anak-anak yang gizinya tak terpenuhi lantas memakan daun sebagai sumber makanan sehari-hari.
Sekolah diratakan oleh serangan yang tiada henti. Anak-anak menjadi target utama penyerangan Israel sejak lama. Jangankan kesempatan untuk menimba ilmu dan bersosialisasi, anak-anak merasa tak punya banyak harapan tersisa untuk merajut mimpi untuk masa depannya.
Kehilangan Tempat Tinggal, Anak-Anak Yatim Berserah Kepada Nasib
Kesulitan hidup dirasakan seluruh warga. Sebab, serangan yang dilayangkan Israel meratakan wilayah pemukiman, tempat ibadah, fasilitas umum, dan masih banyak lagi. Dengan itu, warga yang kehilangan tempat tinggal dan tempat berpulang terpaksa melanjutkan perjalanan pengungsian yang kerap berpindah-pindah.
Ketika musim dingin melanda pada bulan Desember lalu, anak-anak hanya bermodalkan pakaian tipis tak berlapis sama sekali. Karena tak ada tempat tinggal yang layak, mereka berlindung di balik tenda tipis yang diterpa angin kencang dan hujan badai. Kondisi itu memperparah ketahanan fisik para warga. Pada akhirnya, hal tersebut menambah tingkat kematian. Setidaknya, lebih dari 50,523 warga Palestina menjadi korban sejak Oktober 2023 lalu.
Lebih dari Duka, Anak-Anak Yatim Menanggung Trauma
Anak-anak yang menjadi yatim akibat konflik ini tak hanya menanggung duka karena kehilangan orang tua. Sebab, mereka juga menanggung trauma yang mendalam.
“Beberapa anak hidup dalam ketakutan dan kecemasan luar biasa; yang lain menghadapi konsekuensi nyata dari kurangnya bantuan kemanusiaan,” ujar Edouard Beigbeder, Direktur Regional UNICEF Timur Tengah dan Afrika Utara. (UNICEF, 3 April 2025)
Selain di Gaza, tekanan yang sama juga dialami anak-anak yang di wilayah Tepi Barat. sejak 7 Oktober 2023, Israel menangkap lebih dari 1000 anak dan lebih dari 250 di antaranya masih tertahan di penjara. Situasi tersebut adalah bukti bahwa anak-anak di Palestina tak mendapatkan rasa aman dan kesempatan untuk melanjutkan hidup tanpa rasa takut.
Hadir untuk Menjawab Permasalahan Utama, Bergerak Melalui Donasi Yatim Palestina!
Menjawab seluruh permasalahan di atas, salah satu bantuan yang dapat diandalkan adalah mendukung kehidupan anak-anak yatim yang terdampak perang. Selain terluka fisiknya, mental anak-anak turut terguncang menghadapi konflik berkepanjangan yang ada.
Program donasi yatim Palestina bermaksud untuk menghadirkan kontribusi secara langsung dengan mengedepankan distribusi bantuan tepat sasaran dan transparan. Penyebaran bantuan dibantu dengan mitra lokal yang berada di lapangan.
Keterlibatan publik dalam donasi yatim Palestina memungkinkan anak-anak yang sedang berjuang untuk bertahan hidup dengan bantuan yang ada. Tak hanya itu, bantuan ini juga merupakan langkah nyata untuk mencapai keadilan bagi mereka yang selama ini tak mendapatkan hak kemanusiaannya.
Bantu Teman Indonesia memiliki program yang berfokus kepada donasi yatim Palestina. Untuk melihat salah satu dari berbagai program yang masih berlangsung, kunjungi tautan berikut.