Bangun Masa Depan: Tunjukkan Kepedulian untuk Pondok Pesantren yang Kekurangan dengan Berdonasi!
“Siapa yang memberi makan seorang mukmin hingga kenyang dari kelaparan, Allah akan memasukkannya ke dalam salah satu pintu surga yang tidak dimasuki oleh selainnya” (HR Thabrani).
Hadis di atas menganjurkan sesama mukmin untuk saling peduli dan berbagi. Nantinya, ganjaran besar menanti sebagai hasil dari niat baik, sebab membantu sesama berarti mengupayakan sesuatu untuk menciptakan kehidupan yang baik dan sejahtera di seluruh muka dunia. Karena, pada kenyataannya, di balik keindahan tanah air yang kaya akan budaya dan warisan Islam, masih terdapat ratusan bahkan ribuan pondok pesantren yang kekurangan.
Setiap harinya, terdapat ribuan santri yang berusaha untuk hidup sebaik mungkin di balik bangunan pondok yang tak kokoh lagi. Di beberapa sudut langit-langit pondok, jamur dan kayu keropos menjadi pemandangan biasa. Tak hanya itu, mereka juga terbiasa beraktivitas sambil menahan lapar. Lantas, apa yang bisa diperbaiki untuk menyelamatkan mereka yang terjebak dalam kondisi pelik ini?
Realitas Kehidupan di Pesantren yang Kekurangan
Tidak ada yang menginginkan hidup yang serba susah dan kurang. Hal yang diperlukan sehari-hari seperti makan dan alas istirahat yang nyaman pun bisa menjadi hal yang sulit didapatkan oleh banyak santri di luar sana.
Walaupun pahit, namun fakta bahwa pemerataan pendidikan masih jauh dari kata adil benar adanya. Lihat bagaimana pendidikan di pelosok jauh tertinggal dibandingkan pendidikan di kota. Mulai dari tenaga pengajar, fasilitas belajar, hingga kualitas murid, semuanya menunjukkan keadaan yang sungguh kontras.
Hidup bersama dalam satu tempat bukanlah perkara yang mudah. Tak hanya soal belajar, para santri juga harus berbagi fasilitas mandi, tempat istirahat, porsi makan, dan masih banyak lagi. Kondisi buruk dari banyak pesantren di pelosok tidak mendukung pendidikan dan kehidupan para santrinya. Sebab, ruang kelas yang seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk merajut mimpi dan mengasah kemampuan para santri hanya berupa bilik bambu atau ruangan sempit yang tidak tahan cuaca ekstrem. Jika musim hujan, air akan bocor dari sela-sela genteng dan bilik kayu. Mengetahui hal ini, bagaimana nasib para generasi penerus bangsa di masa mendatang? Bukankah ini kondisi yang sungguh mengkhawatirkan bagi kita semua?
Minim Bantuan, Pembangunan Pesantren Terbengkalai
Jangankan jauh-jauh makan tiga kali sehari, ada nasi dan lauk di piring saja menjadi hal yang mewah bagi banyak santri yang kekurangan. Makanan yang disajikan pondok hanya berupa menu seadanya. Bukan karena kehendak, namun karena terpaksa oleh keadaan. Akhirnya, nasi dan garam menjadi apa yang disyukuri sebab dirasa sudah lebih baik dibandingkan tidak makan sama sekali. Padahal, asupan gizi yang minim berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan belajar para santri.
Kepedihan yang sama juga dirasakan oleh mereka ketika sedang melangsungkan proses belajar. Karena terbatasnya dana yang tersedia, kebutuhan belajar seperti buku pelajaran menjadi satu-satunya yang bisa diandalkan. Hal itu terjadi karena model pembelajaran modern yang melibatkan teknologi komputer dan pemakaian internet belum terintegrasi ke pondok yang berada di pelosok. Namun, meski hanya mengandalkan buku usang dan sumber belajar seadanya, para santri menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Sebab, mereka memiliki mimpi yang ingin dituju di masa depan.
Tak Ada Donatur Tetap, Donasi Menjadi Pilihan Terakhir
Donatur tidak tetap menyebabkan tak ada jaminan yang tetap untuk kelangsungan hidup para santri dan kesejahteraan pondok. Di masa yang sulit di mana kebutuhan ekonomi melonjak nyaris di semua sektor, mendapatkan donatur tetap memang menjadi suatu tantangan. Untuk itu, banyak pondok yang kepayahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk menangani masalah ini, banyak pondok yang kemudian meminta donasi dari luar. Bantuan tersebut nantinya dijadikan pegangan untuk memastikan kehidupan para santri yang sedang dalam perjalanan menuntut ilmu. Masalahnya, donasi tidak dapat dijadikan pegangan pasti setiap saat. Sebab, pemasukan donasi bukanlah sesuatu yang mudah untuk diprediksi. Jadi, pondok dan santri tetap bergumul pada ketidakpastian yang menghantui setiap harinya—besok apakah bisa makan?
Pondok Pesantren Maroko, Mempertahankan 100 Santri Lebih walaupun Kewalahan
Kondisi getir dialami oleh Pondok Pesantren Maroko. Peningkatan jumlah yatim dan dhuafa setiap saatnya membuat pesantren ini kewalahan mengingat pemasukan yang ada sungguh terbatas. Menghidupi 100 santri lebih tidaklah mudah, namun pondok tak memiliki pilihan lain selain menerima para santri dan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga mimpi-mimpi mereka agar tidak padam bahkan sebelum diperjuangkan.
Para pengurus kerap memutar otak untuk mencari pemasukan. Mengetahui donatur tak tetap mengancam ratusan kehidupan santri, Abi Ziyad selaku pengurus santri rela banting tulang demi receh. Mulai dari menjual pakan ternak hingga menyambi pekerjaan buruh lainnya, Abi Ziyad berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan yang tak sedikit jumlahnya. Beberapa kali program donasi pondok diberlakukan, termasuk apa yang diupayakan oleh Bantu Teman Indonesia.
Yang membuat hati terenyuh adalah semangat para santri. Walaupun tahu betul bahwa keadaan mereka jauh dari kata cukup, para santri tetap bersemangat menjalani kegiatan sehari-hari. Dengan perut yang kadang pedih menahan lapar, para santri tetap berusaha untuk menjalani kegiatan di pondok dari pagi buta hingga malam dengan hati yang penuh. Sebab, yang mereka pedulikan adalah cita-cita dan keinginannya untuk mengubah masa depan.
Jangan Biarkan Mereka Kehilangan Harapan dan Mimpi!
Pendidikan bukan sekedar hak, tetapi juga fondasi untuk membangun suatu negara. Dengan kata lain, para santri yang sedang belajar di pondok adalah calon pemimpin negara di masa mendatang. Maka, kesejahteraan mereka sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab bersama, termasuk kita semua.
Untuk itu, mari bantu mereka tumbuh menjadi individu yang berdaya. Kesulitan mereka bisa kita ringankan bersama-sama, salah satunya dengan memastikan donasi yang tersalurkan tidak terputus.
Bersama Bantu Teman Indonesia, Mari Bertindak untuk Membuat Perubahan
Jangan biarkan para santri berjuang sendirian. Sebab, bantuan sekecil apa pun akan berarti besar bagi mereka. Dengan membantu, bukan hanya buku, makanan, atau fasilitas belajar saja yang terpenuhi, tetapi juga harapan baru untuk kehidupan yang lebih baik di tangan mereka.
Dengan berdonasi untuk kepentingan pembangunan dan kemajuan pesantren di pelosok, kebaikan yang sama akan dijanjikan oleh Allah. Nantinya, kebaikan tersebut akan kembali ke kita dalam bentuk yang tak disangka-sangka. Jika berminat untuk berdonasi, salurkan bantuan melalui Bantu Teman Indonesia, penyaluran donasi terpercaya, dengan klik laman di sini. Untuk laman galangan dana lainnya, silakan cek di sini.
Bersama, jadilah bagian dari perubahan besar.