Dalam titik balik sejarah yang ditunggu-tunggu, Israel dan Hamas akhirnya menyepakati gencatan senjata tahap pertama yang membuka peluang bagi jalur kemanusiaan masuk ke Gaza. Dunia menyambut ini sebagai harapan baru agar genosida — yang telah berjalan selama dua tahun — benar-benar bisa dihentikan.
![]()
Namun, medan pemulihan Gaza tidaklah mulus. Di balik kabar baik itu, muncul tantangan baru: musim dingin yang kejam hendak menjerat warga Gaza yang tak lagi memiliki rumah utuh, listrik stabil, atau perlindungan memadai.
Skala Kerusakan yang Telah Menjerat Gaza Selama 2 Tahun

Dua tahun konflik telah meluluhlantakkan sebagian besar kehidupan fisik dan sosial Gaza. Berikut gambaran kerusakan dan kebutuhan pemulihan:
-
Kerusakan fisik terhadap bangunan dan infrastruktur saja diperkirakan mencapai US$ 30 miliar (sekitar 53% dari total kerusakan), dan total kerugian ekonomi + sosial mencapai US$ 19 miliar.
-
Untuk memulihkan seluruh Gaza dan wilayah Tepi Barat dalam sepuluh tahun ke depan, dibutuhkan sekitar US$ 53,2 miliar (±Rp 700–800 triliun).
-
Sekitar $18,5 miliar merupakan biaya kerusakan pada infrastruktur kritis (air, listrik, jalan, fasilitas publik) hingga Januari 2024.
-
Laporan lain menyebut bahwa lebih dari $50 miliar akan diperlukan untuk rekonstruksi menyeluruh Gaza dalam skala dekade mendatang.
-
Puluhan juta ton puing-puing harus dibersihkan dulu agar pembangunan baru bisa dimulai (proses penanganan reruntuhan ini sendiri memerlukan dana dan waktu puluhan tahun).

Kerusakan ini bukan sekadar angka: sekolah, rumah sakit, jalan, pabrik, dan kehidupan masyarakat sehari-hari — semuanya hancur. Gambarannya: sekitar 92% sekolah rusak atau tidak dapat berfungsi normal menuju titik terburuknya.
Musim Dingin: Ujian Baru di Tengah Langkah Perdamaian
Kabar gencatan senjata memang menjadi rem sejenak dari konflik bersenjata. Tapi musim dingin yang akan datang menjadi ujian lain untuk warga Gaza:
-
Musim dingin di Gaza dapat membawa hujan lebat, angin dingin, dan suhu yang bisa menyentuh angka 7 °C atau lebih rendah.
-
Sebagian besar pengungsi tinggal di tenda darurat atau bangunan rusak — banyak dari mereka kehilangan atap yang layak atau penahan cuaca yang memadai.
-
Banyak tenda dan shelter darurat hancur atau bocor ketika hujan dan banjir datang — sekitar 110.000 dari 135.000 tenda dilaporkan rusak atau tidak layak pakai selama musim dingin sebelumnya.
-
Dampak kesehatan segera muncul: penyakit saluran pernapasan, hipotermia bagi yang malnutrisi, serta kondisi lembab dan basah yang memperparah penyakit lama dan luka.
-
Lebih dari 96% perempuan dan anak-anak di Gaza tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dasar — kombinasi antara kelaparan dan cuaca ekstrem bisa berakibat fatal.

Jadi saat gencatan senjata mulai jalan, persiapan untuk musim dingin harus segera dilakukan. Shelter darurat yang tahan hujan dan angin, alas tidur hangat, pakaian musim dingin, dan selimut tebal adalah kebutuhan mendesak agar manusia tetap bisa bertahan hidup.
Titik Harapan: Gencatan Senjata & Akses Bantuan Mulai Masuk
Dengan gencatan senjata tahap awal, akses kemanusiaan mulai terbuka kembali. Pasokan obat, makanan, selimut, air bersih, dan bahan konstruksi bisa dikirim ke Gaza melalui jalur yang tak lagi sepenuhnya tertutup.
Kesepakatan ini membuka peluang agar genosida yang telah merusak kewarasan warga Gaza benar-benar dihentikan — bukan sebagai jeda sesaat, tapi sebagai fondasi bagi kala pembaruan Gaza di masa depan.
Bukan Waktu Untuk Menyerah — Bantu Gaza Hingga Pulih Sepenuhnya
Langkah perdamaian ini adalah kesempatan, bukan akhir. Gaza masih tertatih. Musim dingin datang menangguk kelemahan mereka yang belum pulih.
🔸 Arah dukungan sekarang mesti diarahkan ke:
-
Pembangunan dan perbaikan shelter musim dingin & rumah tahan cuaca
-
Persediaan selimut, pakaian hangat, alat pemanas sederhana
-
Bantuan pangan & nutrisi untuk bayi & anak
-
Dana rekonstruksi rumah, sekolah, fasilitas publik
🔸 Setiap donasi tak sekadar angka — ia menjadi selimut di saat hujan, roti ketika lapar, dan harapan bagi generasi yang hampir pudar.
👉 Klik “Donasi Sekarang”
Mari terus berdiri bersama Gaza — hingga mereka bisa kembali tersenyum, berjalan, dan hidup di rumah yang utuh, tanpa takut dingin, kelaparan, atau penindasan lagi.

















