Berita Global March to Gaza: Solidaritas di Bahu Dunia

Berita Global March to Gaza adalah simbol kelahiran gelombang aksi kepedulian. Ribuan suara menggema di udara, mendesak keadilan dan hak warga Palestina yang selama ini dirampas dari aksi genosida. Hati nurani warga dunia bertebaran di jalanan. Bentuk aksi yang terliput media tampak bervariasi, mulai dari pengibaran bendera Palestina hingga kalimat permohonan pembebasan warga sipil yang terbentang lebar. Dari semua itu, puluhan negara bermuara di satu tujuan yang sama, yakni membuka blokade Gaza dan menyelamatkan nyawa.

Berita Global March to Gaza sebagai Solidaritas Lintas Bangsa

Sejak Oktober 2023, Gaza diserang oleh Israel. Hingga Juni 2025, korban yang gugur tercatat lebih dari 55.000 jiwa. Angka tersebut terus bertambah setiap harinya karena serangan yang tak kunjung berkurang.

Penderitaan di atas memanggil ribuan masyarakat dunia untuk akhirnya bergerak dan menunjukkan solidaritas lintas bangsa. Titik utama aksi dimulai di Kairo pada 12 Juni 2025, lalu bergerak menuju Al-Arish dan perbatasan Rafah pada 13 – 15 Juni. Dari tanggal tersebut, para penggerak menetap untuk menggelar aksi protes hingga 20 Juni 2025. Di tengah aksi ini, Mesir menahan ratusan aktivitas yang hendak melewati perbatasan. Bahkan, beberapa media meliput bagaimana seorang perawat sukarelawan tampak memohon kepada tentara Israel agar diizinkan melewati perbatasan. Tujuan mereka sesederhana hadir dan berperan dalam memberikan bantuan untuk warga Palestina. Namun, keinginan itu tak mudah untuk diwujudkan.

Perjuangan mereka dalam menegakkan solidaritas lintas bangsa ini tak luput dari berbagai hambatan. Banyak dari aktivis atau sukarelawan yang berujung terluka dan dideportasi paksa. Jelas bahwa pihak Israel bersikeras memblokir segala bentuk bantuan yang ditujukan untuk Palestina.

Akar Gerakan: Kehancuran Palestina yang Tak Bisa Diukur Lagi

Seperti yang telah disebutkan di atas, korban yang gugur mencapai angka 55.000 jiwa lebih dan masih terus bertambah. Di antara korban tersebut adalah bayi dan anak-anak. Selama ini, daerah pemukiman dan wilayah pengungsian masih menjadi target utama serangan. Lambat laun, target serangan bergeser ke fasilitas umum, seperti masjid, rumah sakit, hingga sekolah. Laporan menyatakan bahwa hanya tersisa 10% fasilitas umum yang masih bisa beroperasi.

Sepanjang pandangan, hanya beberapa wilayah saja yang masih diisi dengan bangunan tempat tinggal yang kokoh berdiri. Sisanya sudah rata dengan tanah. Bom terus berjatuhan tanpa mengenal waktu, mulai dari pagi hingga menyambut pagi lagi. Hal itu membuat warga sipil tak memiliki tempat aman yang tersisa.

Selagi hidup di tengah ancaman tak berkesudahan, warga sipil juga bergelut dengan krisis yang melanda, seperti pangan, air, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya. Lebih dari 80% anak-anak menghadapi kurang gizi atau malnutrisi. Alasan utama dari krisis yang melanda adalah ditutupnya perbatasan Rafah hingga distribusi bantuan yang tertahan sejak lama.

Melalui Gerakan Damai ‘Tanpa Senjata’, Berita Global March to Gaza Diterima dengan Baik!

Walaupun terdapat perbedaan gerakan dari berbagai belahan dunia, namun tetap terdapat satu kesamaan, yakni bergerak ‘tanpa senjata’. Artinya, setiap aksi yang dilakukan tidak memantik timbulnya kekerasan.

Demonstrasi yang dimaksud pada aksi Global March to Gaza meliputi seruan terarah, lantunan doa, pengibaran bendera Palestina, dan masih banyak lagi. Di perbatasan Rafah, para aktivis dan sukarelawan terpantau melakukan sit-in atau aksi diam untuk mempertegas desakan mereka.

Jangan Bungkam Berita Global March to Gaza!

Hingga hari ini, banyak media internasional yang melaporkan kabar Palestina untuk sampai ke telinga dunia. Harapannya, kabar-kabar terkini akan terus sampai ke seluruh penjuru dunia guna memantik rasa kepedulian yang tersisa.

Melihat ribuan warga dari berbagai negara yang turun untuk bersuara mengenai hak Palestina menunjukkan bahwa genosida bukan hanya sebatas ‘perang’. Aksi genosida yang terjadi sudah melanggar hak kemanusiaan secara bengis. Tak hanya menghancurkan fasilitas Palestina, namun genosida juga membunuh puluhan ribu warga dan merampas hak hidup mereka.

Pada berita Global March to Gaza ini, disebutkan bahwa sekitar 150 organisasi masyarakat sipil, termasuk pekerja kesehatan, serikat buruh, dan aktivis HAM terlibat. Beberapa organisasi pendukung besar juga turut turun tangan, seperti International Health Workers Alliance for Justice, Palestinian Youth Movement, Code Pink, hingga Jewish Voice for Labour.

Apa Langkah Selanjutnya?

Tujuan utama, yakni menembus blokade Rafah, tampaknya masih menjadi perjalanan yang jauh dari pandangan. Tetapi, hal itu tak membuat semangat para penggerak mengendur. Berita Global March to Gaza ini sudah membuahkan sebuah hasil, yakni PBB yang mengirimkan 90 truk bantuan ke Gaza melalui jalur yang sebelumnya sempat berhenti total.

Hal di atas membuktikan bahwa tak ada langkah yang tak berdampak. Tak ada yang sia-sia dari menyuarakan hak dan kesempatan Palestina untuk pulih dan bebas dari serangan. Dari ‘protes damai’ hingga ‘protes digital’, semua itu akan menghantarkan para penggerak menuju langkah yang lebih maju dibandingkan hanya berdiam diri.

Setiap aksi akan membuka peluang baru untuk kemerdekaan Palestina. Lebih dari itu, aksi Global March to Gaza juga menekan lembaga internasional untuk mengambil tindakan konkret. Jika semua itu berhasil terwujud, besar kemungkinan Palestina bebas dari penderitaan sepenuhnya.

Global March to Gaza Bukan Akhir, Melainkan Awal Gelombang Solidaritas Baru

Tak ada batasan jika ingin terlibat pada aksi ini. Berita Global March to Gaza ditujukan untuk mereka yang tak akan tinggal diam menikmati bentuk kejahatan dunia. Suara sekecil apa pun, jika disampaikan untuk menegakkan hak, maka akan menembus batas-batas yang terasa sulit ditaklukkan.

Untuk melihat rangkuman aksi dan dokumentasi lainnya, klik tautan berikut.

Leave a Comment