Apakah Palestina Bisa Merdeka?

Apakah Palestina bisa merdeka? Di tengah kondisi politik berkepanjangan dan dinamika diplomasi internasional yang tak bisa ditakar, pertanyaan ‘Apakah Palestina bisa merdeka?’ tampak seperti ilusi semata. Sejak genosida memuncak pada 2023 lalu, pertanyaan ‘Apakah Palestina bisa merdeka?’ sungguh samar, didukung dengan kondisi Palestina yang tak baik-baik saja. 

Pasalnya, gencatan senjata yang disepakati pada awal Oktober 2025 tak kunjung menghentikan krisis kemanusiaan bagi para warga sipil. Hingga kini, memasuki Desember 2025, warga sipil masih menghadapi krisis kemanusiaan yang sama; stok pangan menipis, air bersih yang langka, serta krisis tempat tinggal di tengah suhu ekstrem musim dingin. Hidup bayi hingga lansia menjadi taruhannya, seakan tak mendapatkan kepastian akan datangnya bantuan dan keadilan yang selama ini dinantikan. 

Berkaca Pada Kondisi Politik di Lapangan, Apakah Palestina Bisa Merdeka?

Angka pelanggaran gencatan senjata sejak 10 Oktober 2025 telah berlangsung selama lebih dari 500 kali, tepatnya pada kisaran 500 – 591 kali. Serangan tersebut mencakup serangan udara, artileri, serta serangan langsung kepada warga sipil yang tengah berjuang untuk bertahan di tempat pengungsian mereka. Penembakan massal yang ditujukan kepada warga sipil telah terjadi berulang kali; penyerangan yang dilakukan tanpa alasan dan tak lebih dari aksi perenggutan hidup warga sipil yang tak bersalah.

Setidaknya, serangan yang disebutkan di atas menewaskan lebih dari 300 warga dan ratusan lainnya terluka. Merupakan angka yang banyak karena terjadi hanya dalam kurun waktu singkat. Bersamaan dengan itu, kerusakan infrastruktur pun tak kunjung menunjukkan kondisi perbaikan. Yang awalnya berada pada 80%, kini kerusakan meningkat menjadi 85% – 90%. Artinya, hanya tersisa 10% tempat yang setidaknya aman untuk ditinggali warga sipil.

Melihat pada kondisi miris yang ada, apakah Palestina bisa merdeka? Meski pahit untuk mengakui, namun nampaknya terdapat jawaban telah kita ketahui bersama.

Definisi ‘Merdeka’ yang Masih Jauh dari Ideal

Janji kemerdekaan telah diundur berkali-kali, menyebabkan warga sipil tak memiliki kepastian akan kondisi bebas dan sejahtera seperti sedia kala. Kesepakatan gencatan senjata pada Oktober 2025 bukan merupakan yang pertama kali. Artinya, sudah terdapat beberapa kesepakatan gencatan senjata lainnya yang pada akhirnya ‘gagal’.

Seperti yang dilaporkan organisasi HAM internasional, tindakan yang terus terjadi di Palestina lebih dari sekedar perang, melainkan sudah memasuki tingkat genosida. Pembunuhan massal dan pemusnahan infrastruktur tak lain dimaksudkan untuk melumpuhkan tanah Palestina secara perlahan. Fakta ini jelas menunjukkan bahwa Palestina dibawa semakin menjauh dari ‘merdeka’ yang ideal di mata dunia.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peran dan komunitas internasional dalam menangani genosida yang terjadi. Apakah forum besar telah mengantarkan keadilan untuk Palestina? Apakah keberpihakan sudah setipis tisu, atau justru sebaliknya?

Laporan sempat menyebutkan bahwa majelis umum PBB telah memberikan status non-member observer state, sebuah langkah secara simbolik dan hukum demi menghasilkan keadilan dari kesepakatan politik menyeluruh. Namun, implementasinya masih terhambat, dibuktikan dari serangan pihak Israel yang masih digencarkan dan melemahkan pihak Palestina.

Wujudkan Kemerdekaan untuk Palestina!

Suatu saat, dunia akan tiba pada masa ketika jawaban dari ‘Apakah Palestina bisa merdeka?’ telah tersedia. Namun, masa itu harus diupayakan. Sebab, hanya menunggu hasil dari upaya negosiasi seringnya tak berujung pada sebuah solusi konkret yang tampak. Maka, kita bisa berperan dalam memberikan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan Palestina. 

Mari jaga solidaritas internasional dengan berusaha memenuhi kebutuhan pokok yang dibutuhkan jutaan warga di medan krisis. Ketahui bahwa setiap bantuan adalah napas yang mempertahankan hidup yang berharga.

Leave a Comment