Liburan yang biasanya identik dengan keceriaan tak dirasakan oleh anak-anak yatim di pelosok. Bagi mereka, tradisi berbelanja keperluan sekolah baru adalah hal yang mustahil. Alhasil, pergantian tahun ajaran atau perpindahan menuju semester baru hanya dianggap sebagai batu loncatan lain yang harus dilewati sebagai seorang pelajar. Alih-alih membawa kebahagiaan, libur sekolah justru membawa kecemasan tersendiri, sebab mereka akan menghadapi perubahan pada teman-teman, tapi tidak dengan mereka. Maka, donasi untuk anak yatim bisa menjadi jembatan agar mereka berbesar hati dalam menyambut tahun baru tanpa merasa tertinggal.
Jangankan Sekolah, Jutaan Siswa Kesulitan untuk Makan Sehari-Hari!
Momen libur panjang bisa menjadi gerbang luka dan kesedihan, seperti bagi anak-anak yatim yang berjuang dengan satu sosok orang tua sebab ditinggal pergi oleh ayahnya. Tanpa sosok orang tua lengkap dan adanya peran sebagai pencari nafkah, anak-anak ini menjalani hari dengan sepi. Sedikit harapan tersisa di hati, bermimpi bisa makan tanpa rasa ragu atau takut bahwa itu akan menjadi santapan terakhir mereka.
Jika untuk makan saja mereka sulit, bagaimana dengan peralatan sekolah? Seragam dan sepatu yang sudah sempit kerap diabaikan, sebab ada yang lebih penting untuk mereka jadikan akar kekhawatiran; yakni perut yang pedih dan kelaparan.
Dalam sehari, makan dengan lauk yang mengenyangkan bisa dihitung dengan jari. Dalam artian, banyak waktu yang mereka habiskan hanya dengan makan nasi dan lauk seadanya atau bahkan tanpa lauk sama sekali. Tujuan mereka makan bukan lagi untuk menyantap lauk mewah, namun apa saja yang sekiranya mengenyangkan dan ampuh untuk mengusir lapar.
Maka, donasi untuk anak yatim berperan besar untuk memenuhi kebutuhan mereka. Di seluruh penjuru negeri, jutaan anak yatim mengubur mimpinya yang jauh dari jangkauan karena tenaga dan harapannya habis untuk dikerahkan demi bisa bertahan hari demi hari. Tak adil, memang. Namun, jika nasib sudah berlaku demikian, mereka bisa apa?
Terpaksa Merelakan Perlengkapan Sekolah Baru
Tanpa tas, sepatu, serta buku dan alat tulis favorit, mereka masih bisa menjadi murid yang membanggakan. Setidaknya, itu yang selalu mereka tanamkan di pikiran masing-masing agar dapat terus melangkah maju di tengah keterbatasan yang ada.
Terlebih lagi, berbagai perlengkapan sekolah yang kerap dianggap biasa saja ternyata bisa berarti mewah bagi anak-anak yatim. Berikut beberapa perlengkapan yang tak terkesan sederhana namun tak mudah untuk mereka gapai:
- Tas sekolah. Berbagai macam dan jenis tas sekolah hadir untuk memudahkan murid dalam membawa perlengkapan belajar. Namun, bagi anak-anak yatim yang kesulitan, tas sekolah yang mereka butuhkan adalah yang mampu menampung barang bawaan secukupnya. Tak perlu bagus dan berkualitas jika harga yang harus mereka bayar terlampau mahal.
- Sepatu. Bagi mereka yang hidup di penjuru negeri, berjalan kaki tak pernah menjadi suatu masalah. Jarak jauh pun bisa mereka tempuh tanpa mengeluh. Namun, terkadang sepatu yang layak dan berkualitas diperlukan untuk keperluan belajar di sekolah. Di mata pelajaran tertentu, terasa lebih nyaman jika sepatu yang digunakan adalah yang memang layak pakai. Padahal, bagi anak-anak yatim, sepatu yang kekecilan atau rusak di bagian sol masih sangat pantas untuk dipakai. Setidaknya, dengan begitu mereka tak perlu mengemis sepatu baru kepada ibu yang berjuang menjadi pejuang nafkah seorang diri.
- Seragam. Seragam kekecilan dan berwarna usang menjadi hal yang biasa. Bukan masalah, anggap mereka. Sebab, perlu uang yang banyak untuk membeli seragam baru. Selama masih bisa dipakai dan tak ada bolong berukuran besar yang mencolok, maka tak masalah.
- Buku dan alat tulis lainnya. Rasanya sedih untuk terus berusaha menghemat buku dan alat tulis. Sebab, teman-teman sebaya lainnya tampak tak masalah jika harus menggunakan fasilitas belajar seperti buku dan alat tulis. Jika sedang tak mampu membeli yang baru, maka yang lama akan dibuat sedemikian rupa agar terpakai.
- Uang saku. Sekolah adalah tempat menimba ilmu. Banyak dari mereka yang hanya dibekali setengah dari nominal uang saku teman sebaya lainnya, atau bahkan tidak sama sekali. Menahan lapar tak lagi dipermasalahkan. Toh di rumah juga mereka terbiasa menahan lapar jika sedang menunggu ibu pulang dengan upah recehan.
Berada pada kondisi kekurangan bukan hanya menimbulkan kesulitan secara fisik, namun juga mental. Anak-anak usia pelajar yang seharusnya menimba ilmu dipaksa untuk memikul beban. Alhasil, banyak dari mereka yang tumbuh dengan minim kepercayaan diri.
Donasi untuk Anak Yatim, Beri Mereka Kebahagiaan!
Bahagia mereka sungguh sederhana. Yang terpenting adalah dengan tak membebani mereka dengan rasa minder atau malu untuk dipikul sendirian. Sebab, perasaan itu bisa menjadi alasan mereka malas dan merasa enggan untuk sekedar berangkat ke sekolah lantaran mengundang ejekan dari teman-teman.
Maka, donasi untuk anak yatim akan memberikan mereka kesempatan mendapatkan peralatan sekolah yang layak. Tak hanya itu, bantuan yang diberikan juga akan menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri sebagai bekal mereka menjalani hari-hari baru di sekolah.
Hadir untuk Mereka Melalui Donasi untuk Anak Yatim!
Kebaikan tak selalu berbentuk besar. Ini bukan perihal besaran donasi, namun hati yang tulus untuk berbagi. Hanya dengan satu paket kelengkapan sekolah baru, anak-anak yatim yang menerima bantuan akan mendapatkan semangat baru.