Home » Berita » Uncategorized » Dampak Krisis Air Palestina: Realita Pedih yang Terjadi

Dampak Krisis Air Palestina: Realita Pedih yang Terjadi

Oleh

Bantu Teman Indonesia

Dampak krisis air Palestina
Dampak krisis air Palestina

Dampak krisis air Palestina kini memasuki fase kritis yang terparah sepanjang sejarah. Yang terdampak bukan hanya warga sipil yang berada di wilayah tertentu, tetapi juga seluruh wilayah Palestina. Sebab, krisis air tak hanya membahayakan kesehatan jutaan warga, namun juga sebagai bentuk ancaman masa depan.

Dampak Krisis Air Palestina: Jutaan Warga Mengandalkan Sumber Air Seadanya

Menurut laporan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA), hingga Mei 2025, hanya sekitar 3% dari total air yang tersedia di Gaza memenuhi standar aman untuk dikonsumsi. Tak heran mengapa warga sipil berlomba-lomba mengumpulkan dan menampung air hujan di musim dingin pada bulan Desember lalu. Sebab, itu menjadi satu-satunya sumber air yang bisa diandalkan. Walaupun harus melalui proses filtrasi manual yakni menggunakan tisu atau peralatan seadanya, para warga tetap bersyukur. Setidaknya, dengan begitu mereka tak perlu kehausan atau terpaksa menggunakan air yang berasal dari sumber buruk dengan kontaminasi limbah.

Hingga kini, tercatat lebih dari 2 juta penduduk hidup dalam keterbatasan air bersih. Jangankan untuk kebutuhan sehari-hari yang sekiranya memerlukan air, untuk makan dan minum pun mereka kesulitan. Krisis ini menyebabkan peningkatan kasus penyakit menular, seperti gangguan pencernaan, komplikasi organ, hingga diare akut yang tingkat keparahannya tinggi.

Bayi, anak-anak, hingga lansia menanggung krisis air tanpa adanya dukungan yang nyata. Bagi yang bertepatan tinggal di wilayah yang sulit dijangkau bantuan, tak banyak harapan yang tersisa selain membiasakan diri untuk tetap bertahan di tengah masa sulit.

Dampak Krisis Air Palestina: Anak-Anak Menjadi Korban Utama

Laporan UNICEF menyebutkan bahwa anak-anak di Gaza menjadi kelompok utama yang paling terdampak. Sebab, tingkat imun anak-anak tak sekuat orang dewasa. Berbagai aspek lainnya memperparah keadaan yang ada, seperti kelengkapan medis atau obat-obatan yang tak memadai hingga keadaan yang tak kunjung membaik.

Banyaknya saluran air yang akhirnya hilang fungsi secara permanen membuat warga sipil termasuk anak-anak hilang harapan. Banyak pipa distribusi, sumur, serta pusat pengolahan air yang hancur karena menjadi sasaran utama serangan Israel.

Selain itu, blokade dan pembatasan akses terhadap bahan bangunan dan teknologi penyediaan air pun menjadi hambatan nyata. Banyak upaya Palestina untuk membangun sumber air yang tak kunjung menjadi perwujudan nyata. Eksploitasi air tanah secara berlebihan juga turut mengambil peran dalam krisis ini.

Laporan dari Palestinian Water Authority (PWA) Terkait Dampak Krisis Air Palestina

Banyaknya korban jiwa akibat krisis ini menunjukkan bahwa air adalah salah satu kunci kehidupan. Dengan keadaan yang terus memburuk, tak ada solusi yang hadir secara bersamaan. Maka, ketimpangan realita semakin jelas. Warga sipil dibiarkan berjuang tanpa jaminan perbaikan.

Serangan masih terus digencarkan Israel hingga hari ini. Dalam semalam, serangan yang ditargetkan ke wilayah pemukiman menewaskan puluhan hingga ratusan warga sipil. Serangan itu juga yang kemudian menghancurkan sumber air yang dijadikan pegangan harapan mereka yang masih bertahan.

Laporan dari Palestinian Water Authority (PWA) menyebutkan bahwa sebenarnya masih ada peluang untuk kemudian sampai ke solusi strategis. Yang menjadi masalah dan kendala adalah dukungan dari internasional yang belum juga sepenuhnya berpihak kepada Palestina. Tanpa adanya bantuan yang penuh, dampak krisis air di Palestina hanya akan menjadi awal dari kehancuran yang merugikan.

Penurunan Kualitas Hidup sebagai Dampak Krisis Air Palestina

Al Jazeera pada Februari 2025 menyebutkan distribusi air yang sangat terbatas dan mahal menjadi permasalahan yang kompleks untuk warga sipil. Bahkan, warga hanya bisa mandi setiap 7 – 10 hari sekali dikarenakan air bersih yang diutamakan penggunaannya untuk keperluan pangan. Tanpa adanya dukungan dan penanganan yang diperlukan, Gaza hanya akan bergelut dengan krisis yang sama hingga waktu yang tak bisa ditentukan.

Share:

Leave a Comment